oleh

Telkom Indonesia Dorong Literasi AI di Ranah Sosial dan Kesehatan

-Uncategorized-13 Dilihat

Melalui acara Digital Talks yang diselenggarakan program Indigo, Telkom Indonesia edukasi publik tentang pemanfaatan AI yang etis di ranah personal dan sosial

Telkom Indonesia, sebagai perusahaan telekomunikasi digital terbesar di Indonesia, terus memperluas kontribusinya dalam membangun ekosistem teknologi yang berdampak nyata bagi masyarakat. Melalui berbagai inisiatif strategis, Telkom tidak hanya fokus pada pengembangan infrastruktur dan layanan digital, tetapi juga pada pemberdayaan talenta dan literasi teknologi di berbagai bidang. Salah satu inisiatif unggulan tersebut adalah Indigo, program yang berfokus pada pengembangan inovasi berbasis teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI).

Dalam kerangka program AI Connect, Telkom Indonesia menghadirkan berbagai diskusi publik, pelatihan, dan kolaborasi lintas sektor untuk memperluas literasi AI. Salah satunya adalah Digital Talks: From Bot to Buddy yang digelar oleh IndigoHub Bandung, membahas fenomena penggunaan chatbot AI di ranah personal sebagai teman curhat dan pendukung emosional. Acara ini tidak hanya mengupas manfaat dan risikonya, tetapi juga menyoroti pentingnya batasan etis dalam pemanfaatan teknologi tersebut.

Fenomena Chatbot AI sebagai “Teman Curhat”

Penggunaan chatbot AI di Indonesia mengalami peningkatan signifikan, terutama di kalangan generasi muda. Riset Katadata Insight Center (2023) mencatat bahwa 61,5% pengguna AI berusia 18–25 tahun memanfaatkan ChatGPT untuk pertanyaan personal atau emosional. Mulai dari “bagaimana menghadapi stres” hingga “saya merasa gagal dalam hidup,” tren ini menunjukkan pergeseran pola dukungan emosional yang sebelumnya mengandalkan interaksi manusia, kini berpindah ke interaksi dengan mesin.

Fenomena ini dipengaruhi oleh kemampuan chatbot AI untuk memberikan respons cepat, netral, dan selalu tersedia tanpa batasan waktu. Bagi sebagian orang, AI menjadi ruang aman untuk mengekspresikan perasaan tanpa takut dihakimi. Namun, sifat AI yang bekerja berdasarkan data dan algoritma juga membawa risiko, terutama ketika pengguna mulai mengandalkan saran dari sistem yang tidak memiliki sensitivitas emosional layaknya manusia. Inilah yang mendorong Telkom Indonesia untuk mengangkat topik ini ke ranah diskusi publik.

Acara yang diselenggarakan secara daring ini menghadirkan Mirratul Afifah M.Psi., Psikolog (Psikolog Klinis Rumah Pulih) dan Muhammad Andhika Prasetya (Founder Temani) sebagai narasumber, dengan Dinda Maharani dari IndigoHub Bandung sebagai moderator. Para pembicara memaparkan pandangan mereka terkait bagaimana AI dapat digunakan secara positif di ranah personal, sambil tetap memperhatikan batas etis dan kesehatan mental pengguna.

Mirratul Afifah mengangkat konsep emotional outsourcing, yakni kecenderungan pengguna untuk melimpahkan beban emosional mereka kepada AI. Ia menjelaskan bahwa AI memang dapat membantu meredakan beban emosi dan memfasilitasi refleksi diri, tetapi tidak bisa menggantikan peran tenaga profesional dalam memberikan diagnosis maupun penanganan masalah psikologis. “AI bisa menjadi teman bicara yang baik untuk membantu kita memahami diri sendiri, namun ketika menyangkut keputusan penting terkait kesehatan mental, peran psikolog tetap diperlukan,” ujarnya. Ia juga memperingatkan bahwa penggunaan berlebihan dapat menimbulkan ketergantungan, yang justru berdampak negatif bagi kesejahteraan mental individu.

Di sisi lain, Muhammad Andhika memaparkan inovasi Temani, sebuah aplikasi yang menggabungkan teknologi AI dengan prinsip-prinsip psikologi. Temani dirancang untuk menyediakan ruang aman bagi pengguna untuk bercerita, sekaligus dilengkapi dengan fitur mood tracking untuk memantau kondisi emosional mereka. Jika kondisi pengguna menunjukkan tanda-tanda membutuhkan intervensi, aplikasi ini menyediakan akses langsung ke psikolog profesional.

“Kami ingin AI menjadi jembatan, bukan pengganti manusia, dalam mendukung kesehatan mental,” ungkap Andhika. Dengan pendekatan ini, Temani tidak hanya berperan sebagai alat bantu, tetapi juga sebagai penghubung yang memastikan pengguna mendapatkan bantuan profesional di saat yang tepat.

Pentingnya Literasi AI bagi Masyarakat

Diskusi ini menegaskan bahwa literasi publik adalah kunci utama untuk meminimalisir risiko penggunaan AI di ranah personal. AI bekerja berdasarkan data yang dipelajari, tanpa memahami konteks emosional secara mendalam. Hal ini membuat AI rentan memberikan saran yang terlalu umum atau bahkan kurang tepat jika tidak digunakan dengan bijak.

Telkom Indonesia melalui AI Connect ingin memastikan bahwa masyarakat tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga memahami cara kerja, keterbatasan, dan etika penggunaannya. Edukasi ini diharapkan dapat membantu pengguna menempatkan AI sebagai alat pendukung, bukan pengganti, dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi kesejahteraan emosional.

Bagi Telkom Indonesia, Digital Talks ini adalah bagian dari strategi jangka panjang untuk memajukan talenta digital Indonesia. “Digital Talks kali ini membuktikan bahwa AI bukan hanya relevan di dunia teknologi, tetapi juga berdampak pada ranah sosial dan kesehatan. Kami ingin membangun ekosistem AI yang inklusif, etis, dan peka terhadap isu kemanusiaan,” ujar Patricia Eugene Gaspersz, Senior Manager Indigo.

Ke depan, Telkom Indonesia melalui Indigo akan memperluas jangkauan AI Connect ke berbagai sektor seperti pendidikan, agrikultur, dan kesehatan. Dengan dukungan jaringan regional yang kuat, Telkom memperkuat posisinya sebagai AI Centre Nasional yang memastikan perkembangan AI di Indonesia sejalan dengan kebutuhan, keselamatan, dan kesejahteraan masyarakat.

\ Get the latest news /

Artikel ini juga tayang di VRITIMES

News Feed