oleh

Holding Perkebunan Nusantara Dorong UMKM Naik Kelas, PTPN IV PalmCo Gelar Pelatihan Busana Premium Berbasis Wastra

-Uncategorized-10 Dilihat

Jakarta – PTPN IV PalmCo, subholding dari Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), terus menggenjot pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) binaannya melalui pelatihan intensif pembuatan busana premium berbasis kain tradisional (wastra). Pelatihan yang berlangsung di LaSalle College Jakarta, salah satu lembaga pendidikan mode terkemuka di Indonesia, bertujuan mendorong UMKM naik kelas dan siap bersaing di pasar nasional maupun global.

Direktur Utama PTPN IV PalmCo, Jatmiko Santosa, mengatakan pelatihan ini merupakan langkah strategis perusahaan dalam mendukung pengembangan UMKM sekaligus menjaga kelestarian budaya Indonesia.

“Kami memilih sektor wastra karena selain memiliki potensi ekonomi besar, kain tradisional juga merupakan identitas dan kebanggaan bangsa. Melalui pelatihan ini, kami berharap pelaku UMKM mampu mengolah wastra menjadi produk busana premium yang memiliki nilai tambah dan daya saing internasional,” ujar Jatmiko di Jakarta, Selasa (9/9/2025).

Pelatihan yang digelar selama delapan hari sejak 1 September ini diikuti oleh sepuluh peserta terpilih dari lima regional PTPN IV PalmCo, mulai dari Sumatera Utara, Riau, Jambi, hingga Kalimantan. Program ini dirancang agar peserta memperoleh pemahaman menyeluruh mulai dari desain, pola, hingga produksi ready-to-wear.

Hijrah Saputra, pemilik brand Tebing Batik Collection asal Kota Tebing Tinggi, Sumatera Utara, mengaku mendapat pengalaman baru yang sangat berharga. “Selama ini kami hanya membuat pakaian dari bahan yang tersedia di pasaran. Melalui pelatihan ini, kami belajar membuat produk busana siap pakai dari kain kami sendiri,” kata Hijrah.

Ia juga mengapresiasi pelayanan yang disediakan PTPN IV PalmCo, mulai dari penjemputan, penginapan, hingga fasilitas pelatihan yang profesional. “Semua biaya ditanggung perusahaan, dan tutornya sangat ramah juga sabar. Kami berharap pelatihan ini berlanjut agar kemampuan kami terus meningkat,” tambahnya.

Cerita serupa datang dari Anjani Futri Astria, penerus usaha Batik Jambi Mariana yang berdiri sejak 1991. Anjani mengaku mengikuti pelatihan ini tanpa bekal kemampuan menjahit. “Saya benar-benar belajar dari nol. Setiap materi saya pelajari sungguh-sungguh karena ini pengalaman yang sudah lama saya tunggu,” ujarnya.

Dengan ilmu yang didapat, Anjani kini lebih percaya diri mengelola tim produksi di Jambi. “Sebelumnya saya menyerahkan semua kepada tukang jahit, sekarang saya bisa mengawasi pola dan bahkan mulai membuat desain sendiri. Ke depan, saya berharap ada pelatihan khusus desain motif dan fashion,” ujarnya.

Senada dengan itu, Harianti Pangabean, pemilik usaha Penjahit Annur asal Medan, juga mengungkapkan manfaat besar dari metode pelatihan di LaSalle College. “Metode pengajaran sangat berbeda dari cara tradisional yang saya tahu. Teknik modern lebih cepat dipahami, dan instruktur sangat sigap membantu,” kata Harianti.

Ia berharap program ini dapat berlanjut dengan dukungan alat produksi seperti mesin jahit dan obras agar usaha mereka semakin berkembang hingga ke pasar internasional.

Sementara itu Jennifer Agrilah, instruktur LaSalle College yang sudah mengajar sejak 2013, mengaku terkesan dengan semangat belajar para peserta. “Banyak yang belum pernah menjahit atau membuat pola sebelumnya, tapi mereka antusias, rajin, dan sabar. Tantangannya adalah mengajarkan teknik dasar dengan cara menyenangkan, terutama menggunakan kain tradisional yang memiliki motif khusus,” ujarnya.

Menurut Jennifer, pelatihan ini memberikan pengalaman langsung mengenai standar industri garmen, sehingga peserta bisa mengembangkan desain dan produksi dengan baik. “Harapan saya, wastra Indonesia tetap lestari dan punya daya saing tinggi di pasar nasional maupun global,” tutup Jennifer.

\ Get the latest news /

Artikel ini juga tayang di VRITIMES